I.Pengertian
Glomerulos nefritis akut adalah istilah yang secara luas digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal di mana inflamasi terjadi di glamerulus. (Brunner dan Suddarth, 2001).
Glamerulos nefritis adalah peradanga dan kerusakan pada alat penyaring darah sekaligus kapiler ginjal (Glamerulus), (Japaries, willie, 1993).
Glamerulus nefritis adalah sindrom yang ditadai oleh peradangan dari glemerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara, 1999).
II.Etiologi
- Kuman streptococus.
- Perhubungan dengan penyakit auto imun lain.
- Reaksi obat.
- Bakteri.
- Virus.
III.Manifestasi Klinik
- Faringitis atau tansiktis.
- Demam
- Sakit kepala
- Malaise.
- Nyeri panggul
- Hipertensi
- Anoreksi
- Muntah
- Edema akut
10. Oliguri
11. Proteinuri
12. Urin berwarna cokelat.
IV.Patofisiologi
Prokferusi seluler (peningkata produksi sel endotel;ialah yag melapisi glomerulus), infilaltrasi lekosit ke glameruus, dan penebalan membran filbtrasi glamerulus atau membran basal menghasilkan jaringan perut dan kehilagan permukaan penyaring. Pada glamerulo nefritis akut ginjal membesar, bengkak dan kongesti.
Prokferusi seluler (peningkata produksi sel endotel;ialah yag melapisi glomerulus), infilaltrasi lekosit ke glameruus, dan penebalan membran filbtrasi glamerulus atau membran basal menghasilkan jaringan perut dan kehilagan permukaan penyaring. Pada glamerulo nefritis akut ginjal membesar, bengkak dan kongesti.
Pada kenyataan kasus, stimulasi dari reaksi adalah infeksi oleh kuman steeptococus A pada tengorok, yang biasayang mendahului glomerulo nefritis sampai interval 2 – 3 minggu. Produk streptacocus bertindak sebagai antinge, menstimulasi antibodi yang bersirkulasi menyebabkan cidera ginjal.
V.Penatalaksanaan Medis
- Anti hipertensif
- Anti dkurektik
- Antibiotik dengan infeksi streptokokal menetap.
- Anti biotik profilaktif selama masa pemuliha
- Masukkan dan keluaran.
- TTV 2 – 4 jam.
- Pembatasan Natrium.
VI.Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis (UA) menunjukkan hematnya gross, protein dismonfik dan (bentuk tidak serasi) SDm, leusit, dan gips hialin.
Lajur filtrasi glomeruslus (IFG) meurun, klerins kreatinin pada unrin digunakan sebagai pengukur dan LFG spesine urin 24 jam dikumpulkan. Sampel darah untuk kreatinin juga ditampung denga cara arus tegah (midstream).
Nitrogen urea darah (BUN) da kreatinin serum menigkat bila fungsi ginjal mulai menurun.
Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi).
Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi).
Contoh urin acak untuk eletrokoresisi protein mengidenti filaasi jenis protein urin yang dikeluarkan dalam urin.
Elektrolit seru menunjukkan peningkatan natrium dan peningkatan atau normal kadar-kadar kalium dan klorida.
VII.Potensial komplikasi
- Hipertensi.
- Dekopensasi jantung
- GGA (Gagal Ginjal Akut)
VIII.Asuhan Keperawatan
Pengkajian.
Pengkajian.
- Identitas pasien.
- Riwayat penyakit, dahulu, sekarang dan keluarga.
- Riwayat /adanya faktor resiko.
- Bagaimana frekuensi miksinya, apakah terdapat :
- Adakah kelainan waktu miksi seperti :
- Apakah rasa sakit terdapat pada daerah setempat atau secara unum.
- Apakah penyakit timbul setelah adanya peyakit yang lain.
- Apakah terdapat mual dan muntah.
- Apakah terdapat oedema.
- Bagaimana keadaan urinnya (volume, warna, bau, berat jenis, jumlah urie dalam 24 jam).
- Adakah sekret atau darah yang keluar.
- Adakah hambantan seksual.
- Bagaimana Riwayat, haid (menache, lamanya, banyaknya, sirkulasinya, keluhannya).
- Bagaimana Riwayat kehamilan, arbortus, pemakaian alat kontrsepsi.
- Rasa nyeri (lokasi, identitas, saat timbulnya nyeri).
- Riwayat Persalinan.
- Riwayat Pendarahan.
- Data fisik :
Inspeksi :
Secara umum dan secara khusus pada daerah genital palpasi : Pada daerah abdomen, buli-buli, lipat paha.
Auskultasi :
Darah abdomen.
Perkusi :
Daerah abdomen, ginjal.
Keadaa umum pasien :
- Tingkat kesadaran.
- Tinggi vital eliputi tensi, nadi, suhu, pernafasan.
Diagnosa Keperawatan
- Perubahan pola eliminasi
- Nyeri Akut
- Resiko Infeksi
- Cemas
- Kurang pengetahuan
B GLOMERULO NEFRITIS KRONIS
Definisi
Adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“and stage”) dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang irreversible.
Etiologi
- Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi.
- Dibetes mellitus
- Hipertensi kronik
- Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Gambaran Klinik
- Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.
- Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium akhir.
- Edema sedikit bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik.
- Suhu subfebril.
- Kolestrol darah naik.
- Penurunan kadar albumin.
- Fungsi ginjal menurun
- Ureum meningkat + kreatinin serum.
- Anemia.
- Tekanan darah meningkat mendadak meninggi.
- Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi.
- Gagal jantung kematian.
- Gagal jantung kematian
- Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia).
- Hematuria.
Pemeriksaan Diagnostik
- Pada urine ditemukan
Ø Albumin (+)ü
Ø Eritrositü
Ø Lekosit hilangü timbul
Ø LED tetap meninggiü
Ø Ureum meningkatü
Ø Fosforü serum meningkat
Ø Kalsium serum menurunü
- Pada stadium akhir
Ø Serum natrium dan klorida menurun
Ø Kalium meningkat
Ø Anemia tetap
- Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif.
Penatalaksanaan
1. Medik :
Ø Pengobatanü ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
Ø Pengobatanü aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
Ø Pengawasanü hipertenasi antihipertensi.
Ø Pemberian antibiotik untukü infeksi.
Ø Dialisis berulangü untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
2. Keperawatan
Ø Disesuaikan dengan keadaanü pasien.
Ø Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrolü pada ahlinya.
Ø Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.ü
Ø Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
Ø Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untukü mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.
Asuhan keperawatan
- Genitourinaria
• Urine keruh
• Proteinuria
• Penurunan urine output
• Hematuri
• Proteinuria
• Penurunan urine output
• Hematuri
- Kardiovaskuler
• Hipertensi
- Neurologis
• Letargi
• Iritabilitas
• Kejang
• Iritabilitas
• Kejang
- Gastrointestinal
• Anorexia
• Vomitus
• Diare
• Vomitus
• Diare
- Hematologi
• Anemia
• Azotemia
• Azotemia
• Hiperkalemia
- Integumen
• Pucat
• Edema
• Edema
3. Diagnosa keperawatan
Gangguan perfusi jaringan b/d retensi air dan hipernatremia
KE : Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.
KE : Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.
Intervensi :
1. Monitor dan catat TD setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
R/ untuk mendeteksi gejala dini perubahan TD dan menentukan intervensi selanjutnya.
2. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction
R/ serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
3. Atur pemberian anti HT, monitor reaksi klien.
R/ Anti HT dapat diberikan karena tidak terkontrolnya HT yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
4. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam).
R/ monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah.
5. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam.
R/ Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologist.
6. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
R/ diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
1. Monitor dan catat TD setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
R/ untuk mendeteksi gejala dini perubahan TD dan menentukan intervensi selanjutnya.
2. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction
R/ serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
3. Atur pemberian anti HT, monitor reaksi klien.
R/ Anti HT dapat diberikan karena tidak terkontrolnya HT yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
4. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam).
R/ monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah.
5. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam.
R/ Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologist.
6. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
R/ diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
Peningkatan volume cairan b/d oliguri
KE : Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.
Intervensi :
1. Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam.
R/ : Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan
2. Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam
R/ : Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum merupakan indikasi adanya ascites.
3. Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila menggunakan tiazid/furosemide.
R/ : Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan pemberia potassium.
4. Monitor dan catat intake cairan.
R/ : Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus.
5. Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine.
R/ : Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein
6. Monitor hasil tes laboratorium
R/ : Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal.
Perubahan status nutrisi (kurangØ dari kebutuhan) b/d anorexia.
KE : Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%.
Intervensi :
1. Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.
R/ : Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial.
2. Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien.
R/ : Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, makanan kesukaan dapat menigkatkan nafsu makan.
3. Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
R/ : Sodium dapat menyebabkan retensi cairan
KE : Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%.
Intervensi :
1. Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.
R/ : Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial.
2. Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien.
R/ : Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, makanan kesukaan dapat menigkatkan nafsu makan.
3. Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
R/ : Sodium dapat menyebabkan retensi cairan
Intolerance aktiviti b/d fatigue.
KE : Klien akan menunjukan adanya peningkatan aktivitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk aktivitas atau meningkatnya waktu beraktivitas.
Intervensi :
1. Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas.
R/ : Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat meningkatkan stress pada ginjal.
2. Sediakan/ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan perkembangan klien.
R/ : Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah kebosanan.
3. Buat rencana/tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari.
R/ : Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
Gangguan istirahat tidur b/d immobilisasi dan edema.
KE : Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada kulit/bersisik.
Intervensi :
1. Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien
R/ : Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.
2. Bantu merubah posisi tiap 2 jam.
R/ : Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi kerusakan kulit.
3. Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab.
R/ : Deodoran/sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit.
4. Dukung/beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami edema.
R/ : Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan.
5. Jika klien laki-laki scrotum dibalut.
R/ : Untuk mengurangi kerusakan kulit
KE : Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada kulit/bersisik.
Intervensi :
1. Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien
R/ : Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.
2. Bantu merubah posisi tiap 2 jam.
R/ : Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi kerusakan kulit.
3. Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab.
R/ : Deodoran/sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit.
4. Dukung/beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami edema.
R/ : Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan.
5. Jika klien laki-laki scrotum dibalut.
R/ : Untuk mengurangi kerusakan kulit
Daftar Pustaka
- Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Sozannie, Smeltzer and Brenda.E.Bare, penerbit EGC, Jakarta 2002.
- Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2 edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta 1995.
- Buku saku Keperawatan Pediatri, Cecily L.Betz dan Linda A. Sowden, Edisi 3, Penerbit EGC Jakarta 2002.
- Pedoman Praktek Keperawatan, Sandra M.Nettina, Penerbit EGC, Jakarta.
- Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, Penerbit EGC, Jakarta 1997.
- Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Barbara Engram, Volume I, Penerbit EGC, Jakarta 1998.
- Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Barbara C. Long, Bandung 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar